Minggu, 04 November 2007

bahan ajar ikan karang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu fauna khas dari lahan basah. Perairan tawar, payau atau asin merupakan habitat bagi berbagai spesies ikan. Ikan karang merupakan ikan yang hidup, berkembang biak dan mencari makan di sekitar karang. Ikan karang pada umumnya berukuran kecil dan relatif tidak berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya secara besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang terbatas sehingga perlu pengelolaan secara bijaksana, terkendali dan terencana.
Untuk mengelola spesies ini diawali dengan perencanaan, yaitu dengan melakukan identifikasi dan inventarisasinya. Pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi ikan karang sangat diperlukan bagi pengelola Kawasan Konservasi Perairan Laut.
Mata diklat Identifikasi dan Inventarisasi Ikan Karang adalah salah satu mata diklat dari “Diklat Inventarisasi Biota Laut” yang terdiri dari 4 jam pelajaran dan merupakan Diklat Lanjutan bagi para pengelola kawasan konservasi perairan laut.

B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan bahan ajar identifikasi dan inventarisasi ikan karang ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi peserta diklat dalam memahami proses pembelajaran. Tujuan penyusunan bahan ajar adalah untuk memudahkan peserta diklat dalam mempelajari materi tentang identifikasi dan inventarisasi ikan karang sesuai dengan kurikulum dan silabus yang telah disusun sebelumnya, sehingga tercapainya tingkat kompetensi yang diinginkan yaitu peserta diklat dapat menjelaskan identifikasi dan inventarisasi ikan karang dengan teknik yang tepat.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahan ajar identifikasi dan inventarisasi ikan karang ini mencakup pengenalan jenis-jenis ikan karang yang telah umum dijumpai di Indonesia. Sedangkan teknik inventarisasi ikan karang menggunakan metode sensus visual dengan transek garis.

D. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan identifikasi dan inventarisasi ikan karang.

E. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata diklat identifikasi dan inventarisasi ikan karang, peserta diklat diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengenalan jenis ikan karang
2. Menjelaskan teknik inventarisasi ikan karang
3. Menjelaskan manfaat ikan karang

F. Pokok Bahasan
1. Pengenalan jenis ikan karang
2. Teknik inventarisasi ikan karang
3. Manfaat ikan karang

BAB II
PENGENALAN JENIS IKAN KARANG

A. Uraian Materi
1. Pengertian Ikan dan Ikan Karang
Ikan merupakan vertebrata tertua dan pertama dan termasuk kelompok Chordata (Anonimous, 1988 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997). Ikan merupakan hewan bertulang belakang yang tumbuh dan hidup di dalam air, berdarah dingin, mempunyai insang dan menggunakan sirip untuk berenang. Dari 13.500 jenis ikan yang menghuni laut terdapat sekitar 4.000 jenis ikan yang menempati perairan di sekitar terumbu karang (Lieske and Myers, 1994 dalam Institut Pertanian Bogor, 1997).
Menurut definisi Food and Agriculture Organization (FAO), ikan tidak hanya terbatas pada pengertian ikan yang selama ini dipahami orang awam, yaitu ikan (finfish) yang bersirip dan bersisik serta dapat berenang dengan bebas di air. Definisi FAO mengenai ikan adalah organisme laut yag terdiri dari ikan (finfish), binatang berkulit keras (krustasea) seperti udang dan kepiting, moluska seperti cumi dan gurita, binatang air lainnya seperti penyu dan paus, rumput laut, serta lamun laut. Definisi ini telah diadopsi sebagai definisi ikan dalam konteks perikanan di Indonesia (Nikijuluw, 2002 dalam Tiwow, 2003).
Ikan karang merupakan sekumpulan ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya berkaitan erat dengan terumbu karang (Sale, 1991 dalam Sadewo, 2006). Ikan-ikan tersebut memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya. Menurut Nybakken (1988), ikan karang merupakan organisme yang sering dijumpai di ekosistem terumbu karang. Keberadaan mereka telah menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem paling banyak dihuni biota air.
2. Pengelompokan Ikan Karang
Ikan karang dikelompokkan berdasarkan :
a. Siklus Hidup
Berdasarkan siklus hidupnya, ikan di perairan terumbu karang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu yang bersifat menetap dan sementara. Kelompok yang bersifat menetap adalah kelompok ikan yang seluruh siklus hidupnya berada di perairan terumbu karang yaitu lahir, besar, mencari makan, berlindung dan memijah. Contohnya adalah ikan-ikan terumbu karang. Sedangkan kelompok ikan yang bersifat sementara adalah kelompok ikan yang hanya sebagian siklus hidupnya yaitu larva atau dewasa yang menempati perairan di sekitar terumbu karang. Contohnya adalah ikan yang hidup di laut lepas datang ke perairan karang untuk memijah.

b. Distribusi Harian
Berdasarkan distribusi hariannya, ikan karang umumnya terbagi 2 (dua) kelompok besar, yaitu ikan diurnal dan nokturnal. Ikan diurnal aktif disiang hari dan merupakan kelompok terbesar di ekosistem terumbu karang. Jenis-jenisnya adalah famili Pomacentridae, Labridae, Acanthuridae, Chaetodontidae, Serranidae, Pomacanthidae, Lutjanidae, Balistidae, Cirrhitidae, Tetraodontidae, Bleniidae dan Gobiidae. Ikan- ikan diurnal makan dan tinggal di permukaan karang serta memakan plankton yang lewat di atasnya. Pada malam hari ikan-ikan diurnal akan masuk dan berlindung di dalam karang, keberadaan ikan tersebut akan digantikan oleh ikan-ikan nokturnal yaitu ikan yang aktif di malam hari. Mereka keluar pada malam hari untuk mencari makan, dan siang hari mereka masuk kembali ke celah-celah karang. Ikan-ikan nokturnal meliputi Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae, Muraenidae, Scorpaenidae, Serranidae dan Labridae. Selain ikan diurnal dan nokturnal, ada pula ikan-ikan yang sering melintasi ekosistem terumbu karang seperti Scombridae, barracuda (Sphyraenidae), ekor kuning (Caesionidae) dan hiu (Alopiidae) (Allen dan Steene, 1990 dalam Purwanti, 2004).

c. Peranannya
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: (1) ikan target yaitu ikan-ikan yang menjadi target penangkapan atau yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae; (2) ikan indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan (3) kelompok ikan lain (mayor famili) yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae. Ikan jenis ini banyak dijadikan ikan hias air laut.

3. Anatomi Ikan
Gambar 1. Anatomi Ikan

Keterangan gambar :

eye : mata
gills : insang
mouth : mulut
lateral line : gurat sisi sebagai alat sensor
anal fin : sirip bawah dekat ekor
caudal fin : sirip ekor
dorsal fin : sirip punggung
pectoral fin : 2 sirip dekat kepala
ventral fin : 2 sirip pada perut

4. Jenis jenis Ikan Karang
Pengenalan jenis ikan karang dengan jumlah spesies yang demikian banyak bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini dikarenakan pergerakan ikan karang yang sangat aktif, sehingga menyulitkan pengamatan, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan menyelam yang baik dan penguasaan ilmu identifikasi ikan yang didasarkan pada ciri-ciri spesifiknya baik secara morfologi maupun anotominya.
Untuk keperluan praktis, pengenalan secara cepat terhadap jenis-jenis ikan karang dapat dilakukan dengan mengetahui bentuk umum ikan karang berdasarkan familinya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya ikan yang mempunyai pola bentuk tubuh yang sama digolongkan kedalam satu famili. Jenis-jenis ikan karang (Terangi, 2004) adalah :

a. Ikan Target
1. Famili Seranidae
Ikan ini disebut juga grouper, coral trout, kerapu, sunu, lodi. Secara umum ikan ini soliter (jarang ditemukan berpasangan), Ukuran panjang badannya bisa mencapai 2 m dengan berat 200 kg. Makanannya ikan, udang dan crustacea. Ikan ini biasanya bersembunyi digua-gua atau bawah karang. Ikan ini terdiri dari 3 sub famili utama yaitu : Ephinephelinae, Serraninae dan Anthiinae dan jumlah spesies yang ada sekitar 150 dari 20 genus.








Gambar 2. Anyperodon leucogrammicus
Gambar 3. Cephalopholis miniata





Gambar 4. Epinephelus tukula

Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999

2. Famili Lutjanidae
Ikan ini disebut juga snappers, seabass, kakap. Bentuk badannya memanjang, agak pipih dan mempunyai gigi taring. Warnanya ada yang merah, putih kuning, kecoklatan dan perak. Bentuknya berbeda antara dewasa dengan yang kecil. Ikan ini dapat ditemukan di perairan dangkal sampai laut dalam. Jenis ini sebagian ada yang bergerombol. Makanannya adalah ikan, crustacea dan planton.






Gambar 5. Lutjanus kasmira

Gambar 6. Lutjanus sebae

Gambar 8. Macolor vanicolensis

Gambar 7. Macolor niger

Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999








3. Lethrinidae
Ikan ini disebut juga emperor, asual, asuan, gotila, gopo, ketamba Lencam, mata hari, ramin dan sikuda. Warna tubuhnya bervariasi antara jenis, tetapi ada beberapa jenis dapat berubah dengan cepat. Bentuknya hampir mirip dengan lutjanidae, tapi memiliki kepala agak runcing. Panjangnya dapat mencapai 1 meter. Ikan ini merupakan karnivora dengan memakan bermacam hewan pada pasir dan patahan karang (rubbel). Jenis ini sering ditemukan pada pasir dan patahan karang (rubbel) pada daerah tubir.
Gambar 9. Lethrinus olivaceus
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999









4. Acanthuridae
Ikan ini disebut juga surgeons, botana, maum, marukut dan kuli pasir. Kulitnya tebal dengan sisik halus. Ikan ini mempunyai duri tajam yang berbentuk seperti pisau bedah pada tiap sisi dasar sirip ekor. Ikan ini termasuk golongan herbivora dengan memakan alga yang menutupi karang . Hidupnya bergerombol di daerah karang yang dangkal. Spesies yang ada sekitar 65.





Gambar 10. Naso vlamingii
Gambar 11. Zebrasoma scopes
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999






5. Mullidae
Ikan ini disebut juga goatfishes, biji nangka, kambing. Umumnya warna badannya merah, kuning dan silver. Ikan ini mempunyai jenggot. Ikan ini mencari makan pada dasar perairan atau pasir





Gambar 12. Parupeneus bifasciatus
Gambar 13. Parupeneus hepatus





Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999

6. Siganidae
Ikan ini disebut juga rabbit fishes, baronang, cabe, lingkis sumadar. Tubuhnya lebar dan pipih ditutupi sisik yang halus. Warnanya bervariasi, pada punggung terdapat bintik-bintik putih, coklat, kelabu atau keemasan. Duri-duri siripnya berbisa dan beracun yang menyebabkan perih bila tertusuk durinya. Ukuran tubuhnya berkisar 30 -45 cm. Makanannya umumnya rumput laut dan algae.




Gambar 14. Siganus virgatus
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


7. Hamulide
Ikan ini disebut juga sweetlips, tiger, grunts, bibir tebal. Kulitnya halus dan licin. Warna dan bentuk tubuhnya berubah dalam pertumbuhan. Ukurannya medium (sampai 90 cm). Ikan ini ditemukan pada gua-gua karang.

Gambar 15. Plectrorincus orientalis

Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999






8. Labridae (Khusus genus Cheilinus, Choerodon dan Hemigymnus)
Dari ketiga genus tersebut dinamakan wrasses raksasa karena mempunyai ukuran agak besar (medium size 20-130cm). Ikan ini aktif pada waktu siang hari (diurnal). Jenis ini sulit untuk didekati (pemalu). Makanannya moluska, ikan, bulu babi, udang kecil dan invertebrata. Ikan ini sering ditemukan pada air yang bersih dan pada tubir karang pada kedalaman 10 –100 meter. Spesies yang ada sekitar 150 jenis.
Gambar 17. Chelinus undulatus
Gambar 16. Chelinus fasciatus







Gambar 19. Thallasoma hardwicke
Gambar 18. Thallasoma janseni









Gambar 20. Choerodon anchorago
Gambar 21. Labroides kasmira
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


9. Nemiteridae
Ikan ini disebut Spinecheeks, monocle-bream, Pasir-pasir, Aloumang, Ijaputi, Palosi pumi dan Ronte. Warna badannya terang. Jenis ini sering ditemukan pada dasar perairan yang berpasir dan patahan-patahan karang. Ikan ini kelihatan selalu diam, tapi bila terusik dia akan berenang dengan cepat. Makanannya adalah invertebrata, ikan kecil, udang, kepiting dan cacing (benthic feeders). Hidupnya soliter dan bergerombol. Ikan ini termasuk jenis ikan diurnal.
Gambar 22. Scolopsis affimis
Gambar 23. Scolopsis margaritifer
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999





10. Priacanthidae
Ikan ini disebut big eyes, belanda mabuk, mata besar. Matanya besar dan umumnya berwarna merah. Sebagian hidup pada laut dalam. Pada siang hari ikan ini bersembunyi pada gua-gua karang.


Gambar 24. Priacanthus blochii
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999






11. Carangidae
Ikan ini disebut Gabua, Putih, Kue. Ukuran panjangnya bisa mencapai 2 meter. Ikan ini termasuk perenang cepat di sekitar terumbu karang dan biasanya schooling (gerombol). Jenis ini merupakan ikan pelagis dan merupakan karnivora karena memakan zooplanton.
Gambar 25. Seriola lalandi




Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999

12. Sphyraenidae
Ikan ini disebut baracuda, alu-alu. Warna badannya perak/silver. Jenis ini termasuk perenang cepat, bergerombol dan suka menyerang dengan giginya yang tajam.









Gambar 26. Sphyraena baraccuda
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


b. Ikan Indikator
1. Chaetodontidae
Ikan ini disebut butterfly, daun-daun, kepe-kepe. Tubuhnya bulat dan pipih dengan panjang badannya kurang dari 6 inchi. Warna umumnya cemerlang dari kuning, putih dengan tompel hitam dan pola bergaris pada mata. Cukup banyak dari jenis ini yang mempunyai mata palsu di bagian ekor. Umumnya berpasangan dan ada sebagian yang bergerombol. Gerakannya lamban atau lemah gemulai. Ikan ini makan di atas karang seperti kupu-kupu. Makanannya berupa polip karang, algae, cacing dan invebterata lain. Termasuk jenis diurnal karena aktif di siang hari. Jenis ini memiliki sekitar 90 spesies yang sebagian besar didominasi oleh genus Chaetodon.




Gambar 28. Chaetodon lineolatus
Gambar 27. Chaetodon melannotus
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


c. Ikan Lain (major famili)
1. Pomacentridae
Ikan ini disebut damselfish, betok laut, dakocan. Badannya pipih dan nampak bulat dari samping. Famili ini terdiri dari sekitar 300 spesies dalam 17 genus dan merupakan ikan kecil yang terbanyak di terumbu karang (kelimpahan individunya tinggi). Makanannya adalah plankton, invetebrata dan alga. Sebagian dari ikan ini ada yang bersimbiosis dengan anemon (amphiprion). Termasuk ikan diurnal.
Gambar 29. Chromis margaritifer
Gambar 30. Pomacentrus caeruleus




Gambar 32. Dascyllus aruanus
Gambar 31. Abudefduf sexfasciatus
Gambar 33. Amphiprion allardi









Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


2. Caesionidae
Ikan ini disebut fusilier, ekor kuning, suli, sulih, suliri, sunin. Warna umumnya biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak. Jenis ini dikenal sebagai perenang cepat dan termasuk ikan diurnal. Ikan ini sering ditemukan di luar karang (tubir karang). Makanannya adalah zooplankton.
Gambar 34. Caesio caerularea
Gambar 35. Pterocaesio lativittata
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999






3. Scaridae
Ikan ini disebut parotfishes, kakaktua, bayam. Giginya hanya dua yaitu satu di atas dan satu di bawah seperti burung kakak tua yang digunakan untuk memakan alga yang menempel pada koral. Pecahan-pecahan koral juga termakan, kemudian dengan giginya, material tersebut dihaluskan dan disemburkan ke arah depan. Warnanya biru, hijau dan putih. Ikan ini sering ditemukan bergerombol, termasuk ikan diurnal dan sering mencari makan di perairan dangkal waktu pasang tinggi. Spesies yang ada sekitar 70 yang umumnya didominasi oleh genus Scarus.
Gambar 36. Scarus frenatus
Gambar 37. Scarus strongycephalus
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999




4. Holocentridae
Ikan ini disebut squirrel, swanggi, baju besi, sirandang, murjan, olelo, mahinai. Warna tubuhnya merah, perak dan mempunyai tompel serta garis. Kulit dan sisiknya keras. Pada kepala dan siripnya berbisa. Ikan ini hidup di bawah gua-gua karang. Biasa berpasangan dan kadang-kadang juga bergerombol. Banyak yang mirip antara spesies.
Gambar 38. Myripristis vittata
Gambar 39. Sargocentron seychellense





Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999

5. Pomacanthidae
Ikan ini disebut anggel, injel, betmen, napoleon, anularis. Warnanya mencolok dan cantik. Ukuran dewasa ikan ini adalah 30 - 39 cm. Warna dan bentuk tubuhnya berubah selama pertumbuhan. Hidup soliter (sendiri) dan berpasangan. Bentuk tubuh dan warnanya yang indah mirip dengan ikan kepe-kepe, tapi lebih tebal dan di bawah tutup insang terdapat duri. Makanannya adalah alga dan sponge. Memiliki sekitar 80 spesies dari 8 genus.
Gambar 40. Centropyge flavissimus
Gambar 41. Pomacanthus xanthometopon
Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999





6. Apogonidae
Ikan ini disebut cardinal, beseng, belalang, seriding, capungan. Ukuran badannya kecil yaitu 5 - 15 cm dengan sirip-sirip yang transparan. Warnanya kuning, merah, coklat, putih transparan sebagian berbintik dan bergaris. Ikan ini banyak ditemukan pada cabang karang dan diantara Bulu Babi. Ikan ini merupakan ikan yang aktif pada malam hari. Pada waktu siang beberapa jenis dari famili ini biasanya bersembunyi di gua-gua dan celah-celah karang. Famili Apogonidae umumnya pemakan udang-udang kecil dan kepiting. Ikan jantan menginkubasi telur yang dikeluarkan oleh betina dalam mulutnya. Famili ini memiliki sekitar 80 spesies.
Gambar 42. Apogon compressus
Gambar 43. Cheilodipterus quinquelineatus









Gambar 44. Sphaeramia nematoptera


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


7. Scorpaenidae
Ikan ini disebut scorpion, lepu, linga-linga, lapo. Badan ikan ini penuh dengan duri yang berbisa. Warna umumnya coklat, merah, putih, hitam dan kuning. Ikan ini bergerak lambat dan merupakan predator yang hanya menangkap ikan yang lewat di depannya. Makanannya adalah udang, kepiting dan ikan-ikan kecil.




Gambar 45. Dendrochirus biocellatus


Gambar 46. Pterois antennata


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


9. Balistidae
Ikan ini disebut triger, cepluk, papakulu, pakol, mendut, gogot. Kulitnya tebal dan mulut kecil dengan gigi yang kuat. Siripnya keras dan kaku. Hidupnya secara soliter, jika malam hari bersembunyi di lubang-lubang karang (diurnal). Makanannya adalah kepiting, moluska, bulu babi, sponge, hydroids, koral dan algae. Bagi penyelam harus hati-hati, karena ada spesies yang menyerang penyelam ketika ikan itu sedang bertelur.
Gambar 47. Balistoides conspicillum


Gambar 48. Rhinecanthus verrucosus


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999






10. Aulostomidae
Ikan ini disebut shimpfish, pisau-pisau. Kepalanya memanjang ke depan membentuk pipa dan diakhiri di ujungnya dengan mulut yang kecil. Tubuhnya tidak bersisik, tetapi diliputi oleh pelat-pelat perisai keras yang berzat tanduk. Ikan ini disebut pisau-pisau karena bentuknya yang sangat pipih dan panjang seperti pisau (Nontji, 1993). Ikan ini berenang secara vertikal dan ditemukan bergerombol pada karang bercabang. Juvenilnya bermain diantara bulu babi.



Gambar 49. Aeliscus strigatus


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


11. Phempheridae
Ikan ini disebut keeled sweeper. Warna umumnya coklat kekuningan.. Bentuk tubuhnya seperti segitiga dengan ukuran 15-25 cm. Banyak kemiripan diantara spesiesnya. Ikan ini ditemukan di gua-gua karang. Ikan ini merupakan ikan nokturnal.





Gambar 50. Phempheris oualensis


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999





12. Tetraodontidae
Ikan ini disebut pufferfishes. Bentuk tubuhnya bulat dan dapat membesar seperti balon. Giginya menyatu dan kuat. Ikan ini hidup di bawah karang dan termasuk ikan diurnal.




Gambar 51. Arothron stellatus


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


13. Ostraciidae
Ikan ini disebut boxfishes. Ikan ini berenang lambat. Bentuknya seperti kotak. Kulitnya mengeluarkan lender beracun. Ikan ini termasuk jenis ikan diurnal.



Gambar 52. Ostracion cubicus


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999


14. Monacanthidae
Ikan ini disebut leather jackets. Bentuk tubuhnya segitiga dan pipih. Makanannya adalah invertebrata dan zooplankton. Ikan ini termasuk ikan diurnal.

Gambar 53. Cantherhines dumerilii


Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999







15. Ephippidae
Ikan ini disebut batfishes, platak. Tubuhnya pipih lebar dengan sirip panjang, sehingga seperti kelelawar. Perenang lambat/tenang dan termasuk ikan diurnal. Makanannya adalah algae, invertebrata (ubur-ubur) dan plankton.


Gambar 54. Platax pinnatus



Sumber Gambar : Allen, G.R. Dr, & Roger Steene, 1999




BAB III
TEKNIK INVENTARISASI IKAN KARANG

A. Uraian Materi
Inventarisasi ikan karang menggunakan metode sensus visual dengan transek garis (line transek). Metode ini salah satu metode yang paling umum digunakan dalam pengamatan ikan-ikan karang dan telah diterapkan di Indonesia.

1. Pelaksana
Untuk melaksanakan metoda ini diperlukan minimal 2 orang penyelam, yakni 1 orang observer yang bertugas melakukan pengamatan ikan dalam daerah transek dan 1 orang lagi buddy swimming yang berada dibelakang penyelam pertama dan bertugas melakukan pencatatan tentang deskripsi perairan karang secara umum.

2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk menginventarisasi ikan karang adalah :
a. Perahu,
b. Peralatan selam (scuba),
c. Papan board,
d. Peralatan menulis yang tahan air,
e. Tiga buah meteran sepanjang 50 meter,
f. Kompas dan jam tangan kedap air,
g. Fiddel stick (alat mengestimasi ukuran ikan),
h. Buku identifikasi ikan karang.

3. Pemilihan Lokasi Pengamatan
Menurut Adrim (1993) dalam Departemen Kehutanan (1994), bahwa kegiatan visual sensus ikan dilakukan pada tempat yang sesuai dengan pemilihan untuk transek ”life form” (bentuk pertumbuhan terumbu karang). Sebaiknya dilakukan pada daerah tubir (slope) yang berhadapan dengan laut terbuka dan tempat lainnya yang terlindung dari gelombang dan angin. Pemilihan lokasi tersebut dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat memberikan estimasi bagi tempat-tempat yang berbeda pada suatu habitat terumbu karang dan diharapkan tempat-tempat tersebut dapat mewakili daerah terumbu karang secara keseluruhan.

4. Cara Pengamatan
a. Pengamat pertama memasang transek sepanjang 50 meter dalam posisi lurus dan datar (tidak turun naik mengikuti garis kontur permukaan terumbu karang). Pemasangan garis transek ini dilakukan pada kedalaman 3 meter dan 10 meter dengan masing-masing kedalaman dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
b. Daerah yang diamati adalah sepanjang garis transek yang panjangnya 50 m dengan lebar masing – masing 5 m di kanan dan kiri transek. Total daerah yang diamati adalah 500 m2 (50 m x 10 m) untuk setiap transek.
c. Pengamatan dilakukan 15 – 20 menit setelah garis transek terpasang untuk memberikan kesempatan ikan karang kembali ke keadaan semula.
d. Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah ikan yang berada di dalam daerah yang diamati (lihat point b). Pencatatan ditulis pada lembar kertas sensus yang telah disediakan.
e. Ikan yang besar jumlahnya, tetapi pada umumnya berukuran kecil dimasukkan ke major spesies. Untuk jenis ini dilakukan estimasi kelimpahan secara kumulatif yakni dengan menggunakan angka estimasi log 4 dari kategori 0 – 8.
f. Penyelaman pendahuluan sangat dianjurkan agar pengamat dapat menyiapkan daftar jenis ikan karang yang ada di lokasi tersebut. Cara ini dapat menghemat waktu bagi pengamat selama berada di bawah air.










Gambar 55. Metoda Sensus Visual

Keanekaragaman jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang sangat besar, sehingga tidak mungkin untuk mengamati semuanya. Oleh karena itu, ikan yang diamati digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu :
1. Spesies indikator
Kelompok ini berasosiasi kuat dengan karang. Jenis yang diamati adalah ikan hias kepe-kepe dari Chaetodonotidae. Ikan ini dapat dihitung dengan mudah satu persatu karena hidupnya yang soliter.
2. Spesies target
Kelompok ikan ini hidup berasosiasi dengan karang dan merupakan ikan konsumsi yan memiliki nilai ekonomis penting. Pengambilan data kuantitatif atas ikan-ikan yang hidupnya soliter atau dalam kelompok kesil dilakukan dengan menghitung satu persatu, sedangkan untuk ikan dalam kelompok besar seperti suku Caesiodidae dihitung dengan taksiran.
3. Spesies lain (major spesies)
Kelompok ikan ini meliputi semua jenis ikan yang tidak termasuk kedalam dua kelompok sebelumnya. Data diambil dengan menghitung secara taksiran, karena jenis ikan ini biasanya hidup dalam gerombolan yang besar dan berukuran yang relatif kecil. Contohnya Pomacentridae, Scaridae, Labridae dan Mullidae.

6. Analisa Data
Untuk mengetahui keragaman ikan karang digunakan Indeks Keragaman Shannon- Wiener :
H” = -Spi log2 pi
Dimana :
H’ = indeks keragaman
Pi = ni/n
ni = jumlahindividu dalam setiap spesies
n = jumlah individu dalam seluruh spesies

Bila : H’ = 0.0 – 0.1 : keragaman rendah dengan jumlah individu tidak seragam dan salah satu spesiesnya ada yang dominan
H’ = 0.1 – 3.0 : keragaman sedang dengan jumlah individu tiap spesies tidak seragam tetapi tidak ada yang dominan
H’ = 3.0 ke atas : keragaman tinggi dengan jumlah individu tiap spesies seragam dan tidak ada yang dominan.


BAB IV
MANFAAT IKAN KARANG

A. Uraian Materi
Seiring dengan pertumbuhan laju ekonomi dan perkembangan peralatan tangkap dan selam mengakibatkan eksploitasi ikan karang secara komersial semakin meningkat. Disamping itu juga didukung oleh permintaan pasar baik untuk ikan konsumsi dan ikan hias yang terus meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang terpadu.
Secara umum ikan karang dimanfaatkan sebagai :
1. Ikan konsumsi
Ikan sangat bermanfaat bagi manusia, yaitu sebagai sumber protein hewani. Protein hewani ini mengandung asam amino esensial yang penting bagi manusia. Demikian juga kandungan lemak ikan baik bagi kesehatan. Daging ikan mengandung lemak yang relatif rendah dibandingkan daging ayam dan sapi, serta kandungan kalsiumnya relatif tinggi. Di daerah-daerah pesisir, umumnya masyarakat memenuhi kebutuhan akan protein ini dari ikan hasil tangkapan di perairan sekitarnya.
Di antara jenis ikan karang lainnya, Epinephelus tukula/kerapu (Serranidae) memang paling populer dan sangat digemari masyarakat di banyak negara sebagai santapan. Rasa dagingnya yang lezat membuat ikan ini punya nilai jual tinggi di pasar dunia. Tingginya harga komoditas ini juga karena ketersediaannya di alam sangat langka. Pada tahun 2003 ikan kerapu bebek harganya hingga Rp 350.000 per kilogram (kg) di pasar lokal. Di Singapura, bahkan bisa 95 dollar Singapura (Rp 488.000) per kg (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0303/05/bahari/163616.htm). Ikan Siganus virgatus/beronang (Siganidae) merupakan ikan konsumsi yang juga banyak digemari karena rasanya yang enak dan dagingya yang tebal. Ikan beronang bakar sangat terkenal di Makasar.


2. Ikan hias
Berbagai spesies ikan karang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai ikan hias. Keindahan warna, dan perilakunya menjadikan satwa ini digemari untuk dipelihara baik di aquarium maupun di kolam-kolam.
Di Indonesia, ekspor ikan hias air laut mencapai nilai 4,8 juta dolar dan ikan hias air tawar sebesar 3,9 juta dolar pada tahun 1994. Perkembangan ekspor ikan hias air laut periode tahun 1989 – 1994 mengalami kenaikan volume rata-rata sebesar 22,8 % (Nirarita dkk, 1996).
Menurut Nontji (1993) ikan karang yang dijadikan ikan hias adalah : Amphiprion allardi, Dascillus aruanus, Abudefduf sordidus (Pomacentridae), Chaetodon melannotus (Chaetodontidae), Dendrochirus biocellatus (Scorpaenidae).

DAFTAR PUSTAKA


Allen, G.R., Dr. & Roger Steene, 1999. Indo-Pacific : Coral Reef, Field Guide. Tropical Reef Research. Singapore.

Departemen Kehutanan. 2005. Pengenalan Jenis Biota Laut : Ikan Karang. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Direktorat Konservasi Kawasan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Inventarisasi Beberapa Biota Laut (Ikan Karang, Terumbu Karang, Penyu dan Lamun). Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Direktorat Bina Kawasan Suaka Alam dan Konservasi Flora Fauna. Bogor.

English, S., C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australian Institute of Marine Science. Townsville.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0303/05/bahari/163616.htm. Grace Kelly, Sang Primadona dari Laut. 2003.

Institut Pertanian Bogor. 1997. Laporan Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Sumberdaya Manusia dalam Rangka Inventarisasi Biota Laut dan Kursus Menyelam Tingkat Dasar/Tingkat A1. Fakultas Perikanan, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1997. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penelitian, Monitoring, dan Evaluasi Terumbu Karang dalam Coremap. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta.

Nirarita, Ch. E., P. Wibowo, S. Susanti, S. Padmawinata, Kusmarini, M. Syarif, Y. Hendriani, Kusniangsih, L. Br. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia : Buku Panduan untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pengantar Ekologis. Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, D.G. Bengen, H. Malikusworo dan Sukristijono. PT. Gramedia. Jakarta.

Purwanti, D.R. 2004. Dinamika Struktur Komunitas Ikan Karang Pada Pagi, Siang dan Sore Hari di Perairan Pulau Payung Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.

Sadewo, A. 2006. Penentuan Spesies Ikan Karang Berdasarkan Sistem Pakar (Expert System) : Studi Kasus Famili Chaetodontidae, Pomacentridae, Scaridae dan Serranidae. Institut Pertanian Bogor, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.

TERANGI. 2004. Panduan Dasar untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual Indonesia. Diakses pada tanggal 6 April 2005 dari: http://www.terangi.or.id/Indonesian/article/tentangterumbu.

Tiwow, C. 2003. Kawasan Pesisir Penentu Stok Ikan di Laut. Diakses pada tanggal 16 Januari 2006 dari http://rudyct.tripod.com/sem2_023/clara_tiwow.htm



















LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar ikan karang yang digunakan untuk inventarisasi